Pagi ini hujan lagi…
aku
tahu disetiap bulirnya adalah utusanmu ‘tuk menyapaku. Menggigil tubuh pertanda
arwah kerinduan itu telah merasuk ke relungku. Kuputar nada sendu melengkapi
imaji atas hadirmu di ruang rindu ini, kau tampak nyata. Senyummu manis sekali,
sayang…
Pagi ini hujan lagi…
bergegas
kuhamburkan tirai membiarkan langit menganga di depan retinaku. Kolong langit
diam, pasrah namun bahagia. Hujan menghapus jejak tapak kakiku menuju mimpimu semalam tadi.
Agar ku tak tahu jalan pulang, dan tetap bermukim selamanya di sana. Di setiap
malam…
Pagi ini hujan lagi…
Kuayunkan
langkah menuju taman yang tak pernah ada. Asamu membangkitkan hasrat terbuai menata lahan gersang dengan kata hatiku,
sesuai pintamu. Bunga-bunga terpilih kian
semerbak, kuasa aromanya meniti sunggingan di sudut bibirku. Lalu segera
kulempar ke arahmu…
Pagi ini hujan lagi…
Masihkah kau terjaga di ujung sana ? pejamkanlah
kedua matamu lagi, menembus ke alam mimpi, biarkan hujan menyelimutimu. aku masih betah menari-nari genit di alam
mimpimu, ujung mataku seraya mencari-cari lorong pulang, namun sepura-pura
mungkin tak melihat lorong itu. sebab
aku nyaman menghabiskan usia di sini, aku tak ingin pulang…
Pagi ini hujan lagi…
sekilas
bayangmu menyambarku, lalu duduk berduaan mengelabui waktu dalam keromantisan
hingga ujung senja. Seiring detik lari mengencang, bayangmu tampak samar
beriringan tenggelamnya lingkaran menguning yg redup itu. redup
seredup-redupnya. Tinggalah aku sendiri di taman ini… taman kita…
Pagi ini hujan lagi…
kudapati
separuh jiwaku seakan utuh. Semalam tadi kau mengantarku pulang dari ruang
mimpimu. Menghentikan tari-tarianku, menghapus senyumku, menghapus jejak
kepergianmu. Tersesat aku ingin kembali menuju mimpimu… Aku ingin abadi disana…
mengucur tetesan permohonan, waktu yang licik, menikamku dengan penantian.
Pagi ini hujan diam…
langit
menatapku sinis. Awan yang kaku, semilir angin bersenang-senang disekitar taman
kita. Kau kah yang datang menyiangi seluruh bunga ??? mataku meruncing kearah
sudut taman, sosok penuh misterius. Kupastikan itu bukan kau… sebab tak ada
senyum manis yang kudapati di sosok itu. aku berlalu…
Pagi ini hujan menggelitikku,
gerimis membawa sebongkah harap atas hadirmu. Kupagari
taman kita dengan bata kecintaan,kawat keyakinan, duri kerinduan,papan asa,
jati penantian, lalu ku cat dengan ketulusan. Agar tak ada yang berani merebut
dan merangkul bayangku yang tengah duduk manis di taman ini… menantimu !!!
Pagi ini hujan lagi…
dapatkah
kau dengar bisikku? Dekapkan tubuhmu biar kulayangkan rahasiaku tentang kunci
harapan yang kutitipkan pada semilir angin semalam. Kelak kau kembali, sesegera
mungkin kau fungsikan kunci harapan itu, kunci taman kita yang telah kugembok
sejak jejak kepergianmu menanggalkan tapak kerinduan yang hingga saat ini
terus-menerus membuncah. Jadikan ia kalung yang akan menggantung, agar melekat
dekat di hatimu.
Pagi ini hujan bersembunyi dibalik awan,
sedang
aku tetap duduk manis di bangku yang nyaris lapuk ini. Aku masih menunggu senja
membentuk bayangan tubuhmu… aku tak sabar menantimu membuka gembok di taman
yang kupagari ini. Warna cat ketulusannya tak pernah memudar… sebab tiap hari
ku elus dengan warna yang berbeda. Warna-warna ketulusan…
Pagi ini hujan lagi...
Esok, masihkah hujan menyambutku ??
Semoga saja tidak…
Kotak Imajinasi, Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar