December Rain


Pagi ini hujan lagi…
aku tahu disetiap bulirnya adalah utusanmu ‘tuk menyapaku. Menggigil tubuh pertanda arwah kerinduan itu telah merasuk ke relungku. Kuputar nada sendu melengkapi imaji atas hadirmu di ruang rindu ini, kau tampak nyata. Senyummu manis sekali, sayang…
Pagi ini hujan lagi…
bergegas kuhamburkan tirai membiarkan langit menganga di depan retinaku. Kolong langit diam, pasrah namun bahagia. Hujan menghapus jejak  tapak kakiku menuju mimpimu semalam tadi. Agar ku tak tahu jalan pulang, dan tetap bermukim selamanya di sana. Di setiap malam…
Pagi ini hujan lagi…
Kuayunkan langkah menuju taman yang tak pernah ada. Asamu membangkitkan hasrat terbuai  menata lahan gersang dengan kata hatiku, sesuai pintamu. Bunga-bunga terpilih kian  semerbak, kuasa aromanya meniti sunggingan di sudut bibirku. Lalu segera kulempar ke arahmu…
Pagi ini hujan lagi…
 Masihkah kau terjaga di ujung sana ? pejamkanlah kedua matamu lagi, menembus ke alam mimpi, biarkan hujan menyelimutimu.  aku masih betah menari-nari genit di alam mimpimu, ujung mataku seraya mencari-cari lorong pulang, namun sepura-pura mungkin tak melihat  lorong itu. sebab aku nyaman menghabiskan usia di sini, aku tak ingin pulang…
Pagi ini hujan lagi…
sekilas bayangmu menyambarku, lalu duduk berduaan mengelabui waktu dalam keromantisan hingga ujung senja. Seiring detik lari mengencang, bayangmu tampak samar beriringan tenggelamnya lingkaran menguning yg redup itu. redup seredup-redupnya. Tinggalah aku sendiri di taman ini… taman kita…
Pagi ini hujan lagi…
kudapati separuh jiwaku seakan utuh. Semalam tadi kau mengantarku pulang dari ruang mimpimu. Menghentikan tari-tarianku, menghapus senyumku, menghapus jejak kepergianmu. Tersesat aku ingin kembali menuju mimpimu… Aku ingin abadi disana… mengucur tetesan permohonan, waktu yang licik, menikamku dengan penantian.
Pagi ini hujan diam…
langit menatapku sinis. Awan yang kaku, semilir angin bersenang-senang disekitar taman kita. Kau kah yang datang menyiangi seluruh bunga ??? mataku meruncing kearah sudut taman, sosok penuh misterius. Kupastikan itu bukan kau… sebab tak ada senyum manis yang kudapati di sosok itu. aku berlalu… 
Pagi ini hujan menggelitikku,
 gerimis membawa sebongkah harap atas hadirmu. Kupagari taman kita dengan bata kecintaan,kawat keyakinan, duri kerinduan,papan asa, jati penantian, lalu ku cat dengan ketulusan. Agar tak ada yang berani merebut dan merangkul bayangku yang tengah duduk manis di taman ini… menantimu !!!
Pagi ini hujan lagi…
dapatkah kau dengar bisikku? Dekapkan tubuhmu biar kulayangkan rahasiaku tentang kunci harapan yang kutitipkan pada semilir angin semalam. Kelak kau kembali, sesegera mungkin kau fungsikan kunci harapan itu, kunci taman kita yang telah kugembok sejak jejak kepergianmu menanggalkan tapak kerinduan yang hingga saat ini terus-menerus membuncah. Jadikan ia kalung yang akan menggantung, agar melekat dekat di hatimu.
Pagi ini hujan bersembunyi dibalik awan,
sedang aku tetap duduk manis di bangku yang nyaris lapuk ini. Aku masih menunggu senja membentuk bayangan tubuhmu… aku tak sabar menantimu membuka gembok di taman yang kupagari ini. Warna cat ketulusannya tak pernah memudar… sebab tiap hari ku elus dengan warna yang berbeda. Warna-warna ketulusan…
Pagi ini hujan lagi...
Esok, masihkah hujan menyambutku ??
Semoga saja tidak…

Kotak Imajinasi, Desember 2011

Tidak ada komentar: