GALAU. Satu kata
yang tidak tabu lagi bagi khalayak ramai di zaman globalisasi saat ini, khususnya
para kawula muda. Kalau ditelisik lebih peka, kata “galau” baru eksis dan “dinaikdaunkan”
oleh para remaja sekitar awal tahun 2010, padahal kata ini ada dan bertengger
dalam kamus sudah sejak lama loh.
Eksistensi
kata GALAU ini seakan menjadi Icon bagi para kawula muda yang sedang dirundung
kebimbangan dan mengalami ketidakkaruan dalam hati. Perasaan yang tidak tenang,
bĂȘte, badmood, dilema, kecewa, yang notabennya
menjurus pada kesedihan. Yahh, kata GALAU seakan mewakili segalanya yang
mencakup hal-hal berbau kesedihan.
.
Tak dipungkiri, GALAU nge-trend lewat media sosial seperti twitter atau
facebook. Media sosial seakan mewadahi keeksistensian kata ini kepada teman
facebook ataupun followers yang
sebelumnya belum mengerti bahkan jarang mendengar kata ini sebelumnya. Dan secara tidak sadar,
mereka yang baru mengerti akan mengikuti jejak para galauers (julukan buat para
penikmat galau) untuk menyisipkan kata ini dalam posting-an mereka di media sosial disaat sedang mengalami
“ketidakkaruan hati”.
Pada
malam hari, rasa galau mulai bergentayangan, selain karena malam emang diciptakan
berteman dengan sepi, di mana sepi itu selalu mengundang datangnya
pikiran-pikiran yang membawa jiwa terjun dalam kesedihan, ini dibuktikan pula
dengan banyaknya posting-an para galauers melalui timeline
twitter ataupun beranda facebook di malam hari.
Bukan hanya
faktor cinta, seperti patah hati akibat putus cinta, ditolak gebetan, dan
sebagainya yang bisa mendatangkan galau, namun banyak faktor yang berpeluang
mengakibatkan penggalauan. Seperti masalah keluarga, lingkungan sekitar, bahkan
dari dalam diri sendiri.
Postingan-postingan di dunia maya yang berbau
GALAU lebih cenderung diakibatkan karena masalah hati dan cinta. Sekitar 90 %
para remaja mem-posting status mereka
tentang galau karena patah hati, mengalami hubungan yang complicated dengan pasangan, dan sebagainya yang berhubungan dengan
cinta. selebihnya yaitu 10 % mengungkapkan kegalauannya yang disebabkan
oleh faktor lingkungan ataupun keluarga.
Media Sosial
seperti Twitter dan Facebook emang tempat yang paling mujarab buat ngeluarin
uneg-uneg dan dijadikan tempat curhat. Tapi ingat, ada ratusan pasang mata loh
yang bakalan nge-baca posting-an kita. Jangan sampai kita
kebablasan ngeluarin uneg-uneg hingga aib kita secara tidak langsung menjadi
santapan gratis para followers. Come on, dunia maya diciptakan untuk memberi hiburan guys, bukan
malah menuntun kita frustasi atau 'menggalau'.
GALAU… emang
kata yang pas untuk mewakili perasaan gelisah kita. Semuanya sudah mencakup
perasaan ketidakkaruan dalam hati. Kata yang simple namun mampu mewakilkan perasaan kita terkhusus untuk dicurahkan
melalui media sosial. Tenang guys, Galau
hal yang manusiawi kok, galau nggak dosa, selama masih dalam wadah
kewajaran. Semua orang pasti akan mengalami kegalauan. Tapi ingat, galau jangan
sampai merusak bentuk senyum ceria kita, jangan sampai kita terlalu lama larut
dan berendam dalam danau penggalauan. jadikan galau sebagai ruang untuk
mengintropeksi diri agar terus postif
thingking dan menatap hari depan yang lebih cemerlang. Jadikan GALAU
sebagai “GALAU” God Always Listening And
Understanding. Keep it your smile Guys… !!!