Jumat, 31 Desember 2021

Sabar dan Syukur

            Memasuki akhir tahun 2021, banyak hal yang dapat dijadikan muhasabah. Dalam satu tahun ini tentu segenap kehidupan kita dihiasi dengan berbagai macam “emotion”. Ada tantangan, kebahagiaan, kesenangan, kekecewaan, dan keterpurukan. Kadangkala kita merasa sedih, kemudian senang, lalu Bahagia, selanjutnya kembali merasa ‘babak belur’ lagi akan kondisi dan situasi yang tidak kita inginkan. Berkali-kali jatuh, kemudian bangkit kembali, begitu seterusnya. Tentu keadaan seperti itu akan terus bergulir selama kita hidup di dunia ini. Tidak selamanya kita akan tertawa terus, ada kalanya kita harus menunduk sedih. Tak ada pesta yang tak berakhir, begitu kira-kira ungkapan untuk segala perasaan kita dari tapak hari ke tapak hari berikutnya. Namun, tidak sedikit orang yang tengah terpuruk dalam kesedihan kemudian sulit untuk bangkit, merasa dirinya paling sial sedunia hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ada juga yang terlena dengan kebahagiaan, hingga merasa takabbur dan sulit untuk mendarat.

            Hidup kita bagaikan sebuah roller coaster. Ada kalanya beranjak naik, ada waktunya ditakdirkan untuk turun, kemudian naik lagi, lalu turun lagi. Untuk mengendalikan agar kita tidak begitu terpuruk saat berada di bawah, dalam hal ini adalah situasi akan kesedihan, kekecewaan, kehilangan, ataupun kondisi yang tidak kita inginkan itu menghampiri, kita harus punya jurus jitu. Begitu pula saat beruntung berada dalam keadaan stabil. Kita dihampiri oleh kebahagiaan, kesenangan, dan kita merasa menjadi orang paling beruntung di dunia ini. Tentu kondisi ini juga perlu kita kendalikan agar tidak menjadi sebuah perangkap “zona nyaman” dan menjadikan diri kita lalai akan sebuah kesyukuran.

            Dua jurus jitu sebagai roda pengendali roller coaster kehidupan kita adalah sepasang sabar dan syukur. Mungkin kita sudah sepakat bahwa kita layak bersyukur saat mendapat kesenangan dan sabar saat mendapat cobaan. Sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Jika ia mendapatkan kegembiraan, ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.

Namun, adakalanya sabar dan syukur tetap kita teguhkan dalah kehidupan sehari-hari. Bukan hanya sabar ketika menghadapi musibah dan bersyukur saat diberi nikmat. Kita perlu pula bersabar ketika dihadapkan pada sebuah kebahagiaan. Sabar agar tidak menggebu-gebu meluapkan kebahagiaan itu, tidak takabur saat nikmat itu tengah kita rasakan, dan tidak melalaikan kewajiban kita sebagai umat muslim dalam keriangan tersebut.

Begitu pula dengan rasa syukur. Rasa syukur tentu perlu kita langitkan ketika sebuah ikhtiar atau sebuah kebahagiaan menghampiri hidup kita, akan tetapi dalam keadaan susah dan terkena musibah perlu kita syukuri. Bisa jadi, musibah yang kita hadapi jauh lebih besar dampaknya tetapi tanpa sepengetahuan kita, Allah mengalihkan kepada musibah yang lebih ringan karena adanya doa-doa yang melindungi kita. Allahualam. Bersyukur dalam keadaan sulit memang agak berat tetapi itulah kunci hidup Bahagia. Sebab, kesulitan kita mungkin tak ada apa-apanya dibandingkan orang lain yang memiliki kesulitan yang jauh lebih memprihatikan daripada kondisi kita.

Sabar atas kepedihan, sabar pula atas sebuah kebahagiaan. Syukur atas keberhasilan, syukur pula atas terjawabnya doa dengan cara yang lain dan yang terbaik untuk kita menurut versi Allah.