Lamat-lamat, telisiklah sebuah peristiwa, wanita. apa kalian pernah
merasa tersakiti, atau bahkan memang tersakiti? sakit karena apa? fisik?
batin? apa yang kalian lakukan, wanita. tertawa, teriak, histeris,
menulis, menggambar, membaca, atau berusaha menusukkan tambahan luka
dari kesakithatianmu di nadi pergelangan tangan, wanita ?
Lamat-lamat,
galilah sedikit saja pengalamanmu, wanita. apa kalian pernah merasa
dibohongi, didustakan, dikibuli, dipermainkan, atau dikecewakan? apa
yang kalian hendak lakukan, wanita ? menangis, tertawa, menggila,
meraung-raung, atau membiarkan tali mencekik leher dan mematikanmu agar
kau tak merasakan sakit di dadamu?
----------
Jatuhkanlah
air matamu, sebab tiap bulir yang kau seka adalah bata yang akan
tersusun untuk meniti kebahagiaan sejatimu. Ketika cinta yang telah kau
gelantungkan di tangkai citamu menjelma belati yang telah menghunus
hatimu, maka belailah ia dengan keanggunanmu. Mata seorang wanita adalah
permata. melingkar bak dua buah cincin bening yang mengelilingi sebuah
permata hitam pekat yang jernih di tengahnya. Tapi, apakah dengan
kelebihan itu, kita mampu melihat segalanya yang kita inginkan? TIDAK,
sayang.
Kita tak mampu memandang di mana matahari menyandar.
bahkan kita tidak mampu meniliknya apakah ia benar-benar menyandar atau
ia malah menyinari bagian yang lain atau dunia yang lain, dunia yang
menurutnya lebih indah untuk disinari. seakan-akan bagian itu akan
tampak cerah dan mengagumkan jika disiram oleh pancaran kemilaunya.
Pernahkah
kau mendengar sepatah ikrar yang dengan merdunya membisikmu,
membiarkan pikiranmu membumbung jauh dan kau hilang kesadaran? sebab
ikrar itu begitu mengangkatmu dan membahagiakanmu? Lalu kini, ketika
sebuah goresan sampai pada akal sehatmu dan mengatakan bahwa ikrar itu teringkar,
apa yang hendak kauucapkan, wanita? menangis atau kau memilih turun dari
pesawat yang telah melambungkanmu jauh ke angkasa? dan kau kini
menyadari bahwa kau telah diterbangkan dengan pesawat kertas?
Resapilah
turunnya air matamu. Sebab tiap kedipan untuk memeras butir bening yang
meluncur di retina akan menerbangkanmu ke singgasana pilihanmu. kita
hanya memiliki dua mata yang istimewa. meskipun tak mampu menatap
matahari yang telah kita agungkan dengan sempurna, sebab penglihatan
kita berada pada lingkar pandang yang terbatas.
Wanita, jangan
redup. tusuklah mata matahari yang telah kau percayakan mengeringkan air
matamu itu dengan keanggunan dan keeleganan sinarmu yang lembut.
Teruskanlah deraianmu. Mataku akan terus mendengar celotehan air matamu yang mengalir seperti aliran sungai yang menderas.