Senin, 25 Maret 2019

The Power Of Kasumba Turate



Sudah Vaksin Campak, Kok Masih Kena Juga???




Hal apa yang lebih mencemaskan dari anak yang tiba-tiba demam tinggi?? Haaa... sebagai seorang ibu yang newbie, kondisi ini rasanya menjadi kekhawatirkan yang paling meresahkan. Bingung, linglung, dan parno menjadi satu. Memasuki usia 10 bulan tepat di November 2018 kemarin, Baby Jinan mengalami demam tinggi ditambah batuk pilek yang membuatku sebagai ibunya merasa tersiksa. Andai kata sakit yang Baby Jinan derita bisa dipindahkan saja ke diriku, mungkin aku akan melakukan itu. Sakitnya sang anak ternyata berpengaruh banget dengan psikis sang ibu. Makan tak enak, tidur pun tak nyaman. Anakku, get well soon... (menatap anak dengan mata nanar).
...
Awalnya, Baby Jinan mengalami demam hingga 38 derajat. Demam berangsur turun hingga suhunya kembali normal. Keresahanku mulai hilang. Baby Jinan juga kembali bersemangat dan riang. Namun, seharian berlalu, malam itu keresahanku kembali datang. Kebahagiaanku sirna. Ruam merah di sekitaran lengan dan punggung timbul dan menjalar hingga ke wajah. Aku berpikiran ruam di punggung hanya biang keringat, karena kulitnya termasuk kulit sensitif, mudah memerah, apalagi ketika hawa lagi panas-panasnya. Suhu badannya tetap normal, hanya main di 36-37 derajat saja, tetapi ruam semakin menampakkan merahnya di sekitaran wajah imutnya.
Aku mulai menyadari bahwa Baby Jinan terkena sarampa. Setelah meluncur ke google—helper andalan saat kepala digelimang tanya, beberapa artikel menuturkan sarampa ini akan berlangsung antara 5-7 hari. “Lamaaaaa Sekali. huhuhu”, keluhku dalam hati.

...
Mungkin istilah “sarampa” bagi masyarakat Sulawesi Selatan sudah terdengar awam. Bahasa latin penyakit ini Exanthema Subitum. Penyakit sarampa kerap kali disamakan dengan penyakit campak. Bahkan tidak sedikit artikel yang menyamakan antara sarampa dan campak, malah ada juga yang menyamakannya dengan cacar air. Entah benar-benar sama atau tidak.
...
Sebulan lalu, saat Baby Jinan berusia 9 bulan, ia sudah menuntaskan vaksin wajibnya, yaitu vaksin campak I yang akan dilanjutkan pada vaksin campak II di usia 18 bulan mendatang.
Sempat bertanya-tanya juga sih dalam hati, Kan sudah divaksin campak, kok masih kena juga?  Aku merasa tidak ada kondisi spesifik yang memicu datangnya penyakit sarampa ini ke tubuhnya. Namun, penyakit ini memang sering menyerang bayi hingga dewasa. Bisa jadi, daya tahan tubuh Baby Jinan sedang menurun kala itu, apalagi saat itu emang musim pancaroba.
Karena awam soal penyakit ini, taruhlah sarampa itu memang istilah lain dari campak. Ternyata tidak menutup kemungkinan bayi yang sudah vaksin campak akan terkena campak di kemudian hari. seperti yang dialami oleh Baby Jinan. Imunisasi ‘kan sekadar melemahkan virus lewat pemberian vaksin ke dalam tubuh agar tubuh kebal dari penyakit tertentu (sesuai jenis vaksin imunisasinya). Jadi, tidak menjamin imunisasi campak bisa menghindarkan anak 100% dari penyakit itu. Setidaknya, dengan imunisasi campak yang bersifat wajib ini, penyakit campak yang menyerang, bakal jadi ringan dan mudah penyembuhannya.
...
Teknik penyembuhannya pun sebenarnya tergolong mudah, tapi banyak pula mitos yang beranggapan bahwa bayi atau anak-anak yang terkena sarampa tidak diperkenankan untuk mandi. Padahal penyakit ini bukan keadaan yang menyebabkan seseorang dilarang mandi, Loh. Malahan, mandi akan menjaga tubuh tetap bersih serta terhindari dari kuman lainnya yang akan memicu penyakit semakin parah.
Sebenarnya, dilema juga sih dengan teori itu. Takut salah langkah, berhubung diriku adalah newbie dalam dunia peribu-ibuan yang dihadapkan dengan kondisi anak sedang sakit. Jadi, teori yang kudapat dari nge-googling adalah yahh seperti teori di atas itu, tetapi teori yang kudapat dengan pengalaman orang tua jauh berkontradiksi. Jadilah kebingungan semakin menjadi-menjadi. Hehe.
Daripada muncul perseturuan pendapat antara millennial parent dengan millennial grandparent, akhirnya aku mengambil jalan pintasnya. Aku mencoba membasuh badan Baby Jinan dengan air hangat dan berendam sedikit dengan cairan antiseptik. Selanjutnya, dikeringkan dengan cara ditepuk-tepuk hingga kering.
Dokter mengatakan penyakit ini normal terjadi pada anak usia 9 bulanan ke atas. Setelah konsultasi, dokter memberikan resep racikan obat penurun panas. Namun, sebelum memutuskan memberikan obat resep dokter tersebut, aku berusaha untuk mengobatinya dengan obat herbal.
Aku masih ingat dengan jelas, saat aku mengalami Sarampa di usia 9 tahun, Aku meminum secangkir air putih yang dicampur taburan  putik bunga berwarna jingga kemerahan. Putik bunga itu dikenal dengan Kasumba Turate. Kasumba Turate atau Chartamus tinctorius L. adalah obat herbal Sulawesi yang diyakini dapat mengatasi penyakit sarampa karena  mengandung banyak senyawa aktif yang membantu dalam penyembuhan penyakit ini. Kandungan dari Kasumba Turate adalah chartamin kuning  dan dye chartamin. Bunga ini sebenarnya belum digunakan secara meluas untuk pengobatan, meskipun khasiatnya tidak diragukan lagi untuk menyembuhkan sarampa ataupun kulit gatal karena alergi.
Aku mengonsumsinya tiga kali sehari dan benar-benar manjur alias sarampa terhempas dalam beberapa hari saja, syukur-syukur tidak mengalami komplikasi. FYI, jika campak tidak ditangani dengan sigap, komplikasi penyakit ini bahkan membahayakan, yang timbul selanjutnya adalah radang paru-paru, gangguan pencernaan, hingga radang otak.
 Akhirnya, aku memutuskan untuk memberikan Kasumba Turate untuk pertama kalinya pada Baby Jinan. Kasumba Turate sangat mudah didapatkan, khususnya di pasar tradisional. Bisa ditemukan di lapak pedagang sayur atau sembako. Sebenarnya yang ditemukan di pasaran sudah berbentuk ekstraksi yaitu sediaan yang kering. Pedagang kadang mengemasnya dalam plastik kecil dengan harga yang terjangkau, kira-kira sekitar Rp 1.000/plastik.

Cara mengonsumsi kasumba turate ini mudah banget. Pertama-tama, Kasumba Turate direbus dengan takaran dua gelas air, bisa juga diseduh dengan air mendidih. Setelah air bersuhu hangat atau suam-suam kuku, minumkanlah ke anak. Rasanya tidak berbeda dengan air biasa sehingga anak dengan mudah meminumnya.



Selain Kasumba Turate, air kelapa juga dianggap ampuh untuk menyembuhkan penyakit sarampa.  Air kelapa mengandung banyak nutrisi seperti lemak, karbohidrat, protein, vitamin C, serta berbagai mineral seperti zat besi, kalsium, dan magnesium. Namun, untuk anak di bawah satu tahun, takaran yang diberikan tidak lebih dari 200 ml sekali minum. Baby Jinan ternyata tidak menolak, malah minta tambah. Hehe.
Selain itu, saat suhu tubuhnya demam di atas 38 derajat, aku membalurkan tubuhnya (khusunya di ubun-ubun) dengan irisan bawah merah yang dicampur dengan beberapa tetes minyak tawon.  Ramuan tersebut dibalur saat pagi hari dan malam hari. Selain dibalur, bisa pula menggunakan kaos kaki yang telah dibersihkan dengan air hangat dan memasukkan ramuan tersebut ke dalam lalu dipakaikan pada anak.
Yang tak kalah pentingnya, istirahat yang cukup. Alhamdulilah Si Baby Jinan bisa sembuh, sehat ceria, dan tentunya, Bundanya ikut bahagia dan bersyukur.
Minimalkan pemakaian obat kimia jika yang herbal lebih ampuh!