Hal apa yang lebih mencemaskan dari anak yang
tiba-tiba demam tinggi?? Haaa... sebagai seorang ibu yang newbie, kondisi ini rasanya menjadi kekhawatirkan yang paling
meresahkan. Bingung, linglung, dan parno menjadi satu. Memasuki usia 10 bulan
tepat di November 2018 kemarin, Baby
Jinan mengalami demam tinggi ditambah batuk pilek yang membuatku sebagai ibunya
merasa tersiksa. Andai kata sakit yang Baby
Jinan derita bisa dipindahkan saja ke diriku, mungkin aku akan melakukan itu.
Sakitnya sang anak ternyata berpengaruh banget
dengan psikis sang ibu. Makan tak enak, tidur pun tak nyaman. Anakku, get well soon... (menatap anak
dengan mata nanar).
...
Awalnya, Baby
Jinan mengalami demam hingga 38 derajat. Demam berangsur turun hingga suhunya
kembali normal. Keresahanku mulai hilang. Baby
Jinan juga kembali bersemangat dan riang. Namun, seharian berlalu, malam itu
keresahanku kembali datang. Kebahagiaanku sirna. Ruam merah di sekitaran lengan
dan punggung timbul dan menjalar hingga ke wajah. Aku berpikiran ruam di
punggung hanya biang keringat, karena kulitnya termasuk kulit sensitif, mudah
memerah, apalagi ketika hawa lagi panas-panasnya. Suhu badannya tetap normal,
hanya main di 36-37 derajat saja, tetapi ruam semakin menampakkan merahnya di
sekitaran wajah imutnya.
Aku mulai menyadari bahwa Baby Jinan terkena sarampa. Setelah meluncur ke google—helper andalan saat kepala digelimang
tanya, beberapa artikel menuturkan sarampa ini akan berlangsung antara 5-7
hari. “Lamaaaaa Sekali. huhuhu”, keluhku
dalam hati.
...
Mungkin istilah “sarampa” bagi masyarakat
Sulawesi Selatan sudah terdengar awam. Bahasa latin penyakit ini Exanthema Subitum. Penyakit sarampa kerap
kali disamakan dengan penyakit campak. Bahkan tidak sedikit artikel yang
menyamakan antara sarampa dan campak, malah ada juga yang menyamakannya dengan
cacar air. Entah benar-benar sama atau
tidak.
...
Sebulan lalu, saat Baby Jinan berusia 9 bulan,
ia sudah menuntaskan vaksin wajibnya, yaitu vaksin campak I yang akan
dilanjutkan pada vaksin campak II di usia 18 bulan mendatang.
Sempat bertanya-tanya juga sih dalam hati, Kan sudah
divaksin campak, kok masih kena juga?
Aku merasa tidak ada kondisi spesifik yang memicu datangnya penyakit sarampa
ini ke tubuhnya. Namun, penyakit ini memang sering menyerang bayi hingga
dewasa. Bisa jadi, daya tahan tubuh Baby Jinan sedang menurun kala itu, apalagi
saat itu emang musim pancaroba.
Karena awam soal penyakit ini, taruhlah sarampa
itu memang istilah lain dari campak. Ternyata tidak menutup kemungkinan bayi
yang sudah vaksin campak akan terkena campak di kemudian hari. seperti yang
dialami oleh Baby Jinan. Imunisasi
‘kan sekadar melemahkan virus lewat pemberian vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
kebal dari penyakit tertentu (sesuai jenis vaksin imunisasinya). Jadi, tidak
menjamin imunisasi campak bisa menghindarkan anak 100% dari penyakit itu.
Setidaknya, dengan imunisasi campak yang bersifat wajib ini, penyakit campak
yang menyerang, bakal jadi ringan dan mudah penyembuhannya.
...
Teknik penyembuhannya pun sebenarnya tergolong
mudah, tapi banyak pula mitos yang beranggapan bahwa bayi atau anak-anak yang
terkena sarampa tidak diperkenankan untuk mandi. Padahal penyakit ini bukan
keadaan yang menyebabkan seseorang dilarang mandi, Loh. Malahan, mandi akan menjaga tubuh tetap bersih serta
terhindari dari kuman lainnya yang akan memicu penyakit semakin parah.
Sebenarnya, dilema juga sih dengan teori itu. Takut salah langkah, berhubung diriku adalah newbie dalam dunia peribu-ibuan yang
dihadapkan dengan kondisi anak sedang sakit. Jadi, teori yang kudapat dari nge-googling adalah yahh seperti teori
di atas itu, tetapi teori yang kudapat dengan pengalaman orang tua jauh
berkontradiksi. Jadilah kebingungan semakin menjadi-menjadi. Hehe.
Daripada muncul perseturuan pendapat antara millennial parent dengan millennial grandparent, akhirnya aku
mengambil jalan pintasnya. Aku mencoba membasuh badan Baby Jinan dengan air hangat dan berendam sedikit dengan cairan
antiseptik. Selanjutnya, dikeringkan dengan cara ditepuk-tepuk hingga kering.
Dokter mengatakan penyakit ini normal terjadi
pada anak usia 9 bulanan ke atas. Setelah konsultasi, dokter memberikan resep
racikan obat penurun panas. Namun, sebelum memutuskan memberikan obat resep
dokter tersebut, aku berusaha untuk mengobatinya dengan obat herbal.
Aku masih ingat dengan jelas, saat aku
mengalami Sarampa di usia 9 tahun, Aku meminum secangkir air putih yang
dicampur taburan putik bunga berwarna
jingga kemerahan. Putik bunga itu dikenal dengan Kasumba Turate. Kasumba Turate
atau Chartamus tinctorius L. adalah
obat herbal Sulawesi yang diyakini dapat mengatasi penyakit sarampa karena mengandung banyak senyawa aktif yang membantu
dalam penyembuhan penyakit ini. Kandungan dari Kasumba Turate adalah chartamin kuning dan dye
chartamin. Bunga ini sebenarnya belum digunakan secara meluas untuk
pengobatan, meskipun khasiatnya tidak diragukan lagi untuk menyembuhkan sarampa
ataupun kulit gatal karena alergi.
Aku mengonsumsinya tiga kali sehari dan
benar-benar manjur alias sarampa terhempas dalam beberapa hari saja,
syukur-syukur tidak mengalami komplikasi. FYI,
jika campak tidak ditangani dengan sigap, komplikasi penyakit ini bahkan
membahayakan, yang timbul selanjutnya adalah radang paru-paru, gangguan
pencernaan, hingga radang otak.
Akhirnya, aku memutuskan untuk memberikan
Kasumba Turate untuk pertama kalinya pada Baby
Jinan. Kasumba Turate sangat mudah didapatkan, khususnya di pasar
tradisional. Bisa ditemukan di lapak pedagang sayur atau sembako. Sebenarnya
yang ditemukan di pasaran sudah berbentuk ekstraksi yaitu sediaan yang kering.
Pedagang kadang mengemasnya dalam plastik kecil dengan harga yang terjangkau,
kira-kira sekitar Rp 1.000/plastik.
Cara mengonsumsi kasumba turate ini mudah banget. Pertama-tama, Kasumba Turate
direbus dengan takaran dua gelas air, bisa juga diseduh dengan air mendidih.
Setelah air bersuhu hangat atau suam-suam kuku, minumkanlah ke anak. Rasanya
tidak berbeda dengan air biasa sehingga anak dengan mudah meminumnya.
Selain Kasumba Turate, air kelapa juga dianggap
ampuh untuk menyembuhkan penyakit sarampa.
Air kelapa mengandung banyak nutrisi seperti lemak, karbohidrat,
protein, vitamin C, serta berbagai mineral seperti zat besi, kalsium, dan magnesium.
Namun, untuk anak di bawah satu tahun, takaran yang diberikan tidak lebih dari
200 ml sekali minum. Baby Jinan ternyata tidak menolak, malah minta tambah.
Hehe.
Selain itu, saat suhu tubuhnya demam di atas 38
derajat, aku membalurkan tubuhnya (khusunya di ubun-ubun) dengan irisan bawah
merah yang dicampur dengan beberapa tetes minyak tawon. Ramuan tersebut dibalur saat pagi hari dan
malam hari. Selain dibalur, bisa pula menggunakan kaos kaki yang telah dibersihkan
dengan air hangat dan memasukkan ramuan tersebut ke dalam lalu dipakaikan pada
anak.
Yang tak kalah pentingnya, istirahat yang
cukup. Alhamdulilah Si Baby Jinan bisa sembuh, sehat ceria, dan tentunya,
Bundanya ikut bahagia dan bersyukur.
Minimalkan pemakaian obat kimia jika yang
herbal lebih ampuh!