Senin, 23 Juli 2012

Sang Penikmat Senja

"Masih menikmati lembayung senja yang menari-nari, dalam sukma terpatri 'kan mendesak dan menagih janji. Yah, senja pernah berjanji akan membentuk bayang tubuhnya di sini, tepat di hadapku. Mungkin esok, atau lusa, atau seminggu ke depan, bulan depan, kapanpun itu."
 -penikmat senja-

Sang penikmat senja pernah mengatakan hal itu padaku. Dengan wajah sumringah, kudengar curhatannya bahkan kuamati gerik bibirnya yang tak berhenti berkoar tentang janji senja yang selalu dikatakannya itu. Belum lagi tentang novel yang sedang 'ingin' dirampungkannya. Sebenarnya novel yang pernah kudengar--jika aku tak salah dengar-- berjudul "CAPUNG" telah rampung dan berhapping ending-, aku tersenyum ringkas, kemudian ia melanjutkan , "CAPUNGku telah rampung dalam otakku, aku tak punya banyak waktu menuangkannya dalam kertas." katanya. Belum sempat kata-kataku sempurna melayangkan tanya tentang "CAPUNG"nya itu, ia kemudian melanjutkan desahannya yang separuh--di awal  tadi.

"Senjaku setia dengan dress jingganya, tampak seksi dan memesona sembari menari-nari menunggu malam menindih. Ia melakukannya setiap hari hingga nanti ! :),
Begitukah yang kau rasakan?" tanyanya kemudian. Terlalu miris, sang penikmat senja yang satu ini terlalu larut dalam jingganya lembayung senja itu
Aku lalu menjawab "Tidak !!!" Aku menyukai senja jika bulan Ramadhan tiba, setelah itu, tidak lagi !!" . Wajah sang penikmat senja itu tampak heran dan kaku. lalu terbahak.... !!!

Aku mulai merasa lega, aku pikir sang penikmat senja yang cengeng itu tidak bisa tertawa, dalam benaknya hanya senja, senja, senja, dan Janji senja itu. Aku ikut tertawa, meskipun agak kelihatan 'terpaksa'. Namun lekuk senyum 'paksa'ku itu berubah diam, indra pendengarku kembali berfungsi mendengarkan lantunan syair  lirisnya tentang senja. Namun kali ini beda... Aku salah kaprah.

"Berkontemplasi  pada bayangan nyata sosok yang ada di depanku memakan waktu yang lebih lama unutk me'nyata'kannya dalam secarik kertas dibandingkan dengan imjinasi. sebab, ia tidak terbentuk dari morfem, kata, frasa, klausa, ataupun kalimat2 (sekalipun indah). Sebab ia NYATA !"
Matanya kosong, ia menatap kepulan asap rokok milik penikmat tembakau di depan itu. Tampak seram dan terkesan angkuh, namun aku yakin ia tak ubahnya dengan sang 'penikmat senja' di sampingku ini. Sama-sama menikmati hal-hal yang  'cepat berlalu'.

Penikmat senja itu, kemudian melanjutkan ceritanya. Katanya, senja telah menebus janjinya. Senja telah membentuk bayangan kekasih yang sempat ter'maya' kan. Dengan mata haru ia meneruskan keluhannya, tapi sayang "senja tak mengabadikannya". Dengan sedikit geram dan mata sinis menyerobot suara tangisnya "Bukankah kau hanya meminta pada senja untuk membentuk bayang tubuhnya, dalam curahanmu sedari tadi, tak pernah kudengar kau meminta senja mengabadikannya. Bisa kukatakan, senja tidak bersalah?"

Wajah sang penikmat senja itu merah seketika, ada sedikit gurat penyesalan di air mukanya. Namun dengan trik sederhana, kukelabui ia dengan omong kosongku. "Senja selalu setia, ia selalu datang tepat pada waktu. Ia juga baik... mengademkan setiap mata yang menikmatinya, termasuk kamu. Cobalah meminta apa yang kau angan-angankan... Semoga saja ia mengabulkannya :)" Bulir bening yang sempat menetes di pipinya, kemudian dihapusnya dengan sejuta harapnya pada senja. Ia kemudian memelukku.

Aku bernafas lega, sembari menggores satu harap pada keningku sendiri, "semoga saja, "harapan"nya itu tak semiris kepulan asap rokok cowok yang tampak seram itu--yang sedang hanyut dalam kenikmatan tembakaunya, Mengepul indah namun hilang kemudian. Semoga saja tidak. :)

She Colourz


-SHE COLOURZ-




EXACT 01 SMANSES ALUMNI 2009



at Akkarena Beach. foto ini diambil saat kelas 2 SMA.  
^_^