Apa hanya aku aja yang AUTO
PANIK ketika mendengar anak didiagnosa terkena penyakit dengan embel-embel
nama negara di belakangnya?
↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭
Aku masuk ke ruangan dr. Michael dan langsung disambut ramah
dengan senyuman khas dokter anak. Aku langsung memaparkan kondisi Jinan terkait
imunnya yang
sedang melemah. Badannya penuh ruam merah, khususnya daerah punggung dan paha.
Ruam itu muncul dua hari setelah demam pilek melandanya. Saat ruam itu muncul,
aku mulai curiga, jangan-jangan Jinan terkena campak (lagi).
Lagiii??? Aku berasa lemas.
Lima bulan yang lalu (saat
itu Jinan berusia 8 bulan) Jinan sudah terkena campak.
Belajar dari situ, aku bertekad tidak
hanya memenuhi vaksin wajibnya, tetapi juga sesegera
mungkin memberikannya vaksin sunnah, eh maksudnya vaksin tambahan
pasca suhu tubuhnya normal. Salah satu vaksin tambahan adalah Vaksin
MMR.
Vaksin MMR merupakan
vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi campak, gondong (yang dikenal dengan
istilah bengkak babi), dan juga rubella. Karena emaknya lalai,,, belum sempat
vaksin MMR dituntaskan,,, ehhhh si anak keburu kena
campak. Jadi merasa bersalah rasanya. Tapi, sama seperti
yang pernah aku bahas di artikel sebelumnya ya mengenai vaksin. Bahwa anak yang
sudah divaksin, bukan berarti tidak akan terkena penyakit sama sekali. BIG NO. Vaksin sekadar
memberikan efek meredakan atau ketika anak terkena penyakit tertentu, maka vaksin
yang telah diberikan bertugas meredakan dan menyembuhkan lebih cepat. Jadi, anak yang telah divaksin akan lebih cepat sembuh dibandingkan anak yang tidak divaksin.
Pertolongan pertama yang aku lakukan adalah mencari kasumba
turate. Hehe. Ini andalanku banget ketika ruam-ruam merah mulai
menampakkan cahayanya di tubuh Jinan. Dua hari berlalu, rasanya tidak ada
perubahan signifikan. Ruam merah di pahanya semakin memerah, malah makin timbul
dan membesar. Saat tidur, Jinan gelisah ke sana ke mari, seperti mencari posisi
yang nyaman untuk rebahan. Gejala yang
timbul kali ini beda dengan campak lima bulan yang lalu. Tangannya tidak berhenti menggaruk-garuk
punggungnya. Ingusnya juga semakin meler. Kelenjar getah beningnya terlihat lebih membengkak. Kali
ini tidak
biasa. Bikin panik. Apalagi Bundanya tipe manusia dengan cemas yang berlebihan. Daripada terjadi
drama berlebihan padaku diriku, akhirnya kuputuskan untuk konsultasi ke dokter
pada hari itu juga.
Berhubung
hari itu tanggal merah, poli di beberapa rumah sakit tidak praktik, tak
terkecuali poli anak. Dokter anak langganan pun jelas tidak praktik hari itu. Qadarullah, setelah menelepon beberapa
rumah sakit, kami mendapat rumkit yang poli-nya tetap buka meski tanggal merah,
yaitu di RS Siloam. Aku mencoba mendaftar via call center dengan dokter yang
available saat itu
yaitu dr. Michael. Senangnya lagi, dokternya ramah, ia memeriksa dengan teliti
dan lama (pelayanan seperti ini tidak semua dilakukan dokter loh) makanya, aku bersyukur banget.
Bertanya apa saja tanpa merasa diburu waktu adalah sebuah kepuasan tersendiri
bagiku sebagai pasien.
“Ini
campak jerman”, kata dr. Michael setelah
melakukan pemeriksaan yang dalam dan lumayan lama (jika dibandingkan dengan
dokter-dokter sebelumnya dalam memeriksa).
Sontak
dong aku kaget. Rasanya,
penyakit-penyakit yang berlabel nama negara adalah sebuah penyakit serius dan
langka. ”Apa itu, dok?” bertanya sok kalem padahal panik.
“Biasa
disebut rubella” jawab dokter dengan jeda yang lumayan panjang. Ia sudah
menerka pertanyaan apa yang akan kembali aku lontarkan.
“Bahaya
ya, Dok?”
“Tidak.
Ini campak yang biasa dialami oleh bayi seusia Jinan. Normal, kok”. Bedanya,
ruam pada campak jerman akan lebih menonjol, begitu pula dengan kelenjar getah
beningnya, akan terlihat membengkak. Campak jerman sembuh dengan sendirinya,
jadi nggak usah terlalu cemas, Bukkk”
penjelasan dokter membuatku agak kalem.
“Ibu
nggak sedang hamil ‘kan?” tanya
dokter lagi.
“Nggak. Kenapa dok?”
“Yang
membedakan campak biasa dan campak jerman adalah kerentanan tertularnya terhadap
ibu hamil. Jadi, ibu hamil disarankan untuk jaga jarak dengan orang yang sedang
terkena campak jerman karena mengakibatkan sindrom rubela kongenital. Sindrom
ini terjadi pada sekitar 80% bayi yang
lahir dari ibu yang menderita campak. Masalah yang timbul dari sindrom rubella
kongenital, yaitu: katarak, tuli, kelainan jantung kongenital, cacat organ, cacat intelektual, pertumbuhan yang tertunda, keguguran dan bayi lahir mati.
PERBEDAAN CAMPAK DAN CAMPAK JERMAN
CAMPAK
|
CAMPAK
JERMAN
|
|
PENULARAN
|
Jauh lebih Menular dan menyebabkan sakit
parah
|
Penularan tidak begitu mudah
|
MASA INKUBASI
|
1 – 2 minggu
|
2 – 3 minggu
|
GEJALA
|
10 hari
|
Maksimal 5 hari
|
DAMPAK
|
Pembengkakan kelenjar getah bening tidak begitu tampak
|
Pembengkakan kelenjar getah bening akan tampak
|
Ruam pada campak dapat bertahan beberapa saat
|
ruam campak jerman dapat dengan cepat
memudar.
|
Setelah
diresepkan puyer, dr. Michael menyarankan
agar Jinan di vaksin MMR saja setelah dia sehat. Awalnya aku berkilah, kenapa nggak di vaksin MR saja? Sesuai
penjelasannya, kalau vaksin MR memang
salah satu imunisasi yang disarankan pemerintah untuk membantu mencegah
penyakit tempek dan juga rubella. Hampir sama dengan vaksin MMR, bedanya,
vaksin MMR lebih lengkap lagi, karena dapat melindungi tubuh dari gondongan.
Setelah mengangguk paham. Aku kembali bertanya, “sebenarnya
apa penyebab anak terkena campak itu, Dok? Karena aku merasa sudah menjaga pola
makan Jinan, sterilkan benda-benda yang ada di sekitarnya, membersihkan kamar
hampir setiap saat, dan menghindari Jinan terkena udara luar terlalu lama.
Berdasarkan penjelasan dokter, penyakit
campak
jerman adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan dari satu orang ke orang
lain. Virusnya dapat
menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, atau
melalui kontak langsung dengan peralatan yang digunakan penderita seperti alat
bantu pernapasan bahkan hanya sekadar sentuhan.
Aku
kembali memutar ulang waktu. dr. Michael benar. Belakangan ini aku terserang
flu. Berkali-kali bersin ketika Jinan lagi nenen meskipun aku sudah mengenakan
masker agar ia tak tertular.
Cara Pencegahan Campak Jerman, Selain
dengan vaksin MMR, campak bisa dicegah dengan cara mencuci tangan setelah
melakukan aktivitas di luar ruangan, buang air, atau melakukan aktivitas lain. Mengganti
baju terlebih dahulu sebelum memeluk atau menggendong anak
setelah dari luar rumah, dan hindari daerah-daerah yang rawan akan penyakit
campak.
Sumber: