Jumat, 13 September 2019

Campak Jerman


Apa hanya aku aja yang AUTO PANIK ketika mendengar anak didiagnosa terkena penyakit dengan embel-embel nama negara di belakangnya?

↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭

Aku masuk ke ruangan dr. Michael dan langsung disambut ramah dengan senyuman khas dokter anak. Aku langsung memaparkan kondisi Jinan terkait imunnya yang sedang melemah. Badannya penuh ruam merah, khususnya daerah punggung dan paha. Ruam itu muncul dua hari setelah demam pilek melandanya. Saat ruam itu muncul, aku mulai curiga, jangan-jangan Jinan terkena campak (lagi).
Lagiii??? Aku berasa lemas.

Lima bulan yang lalu (saat itu Jinan berusia 8 bulan) Jinan sudah terkena campak. Belajar dari situ, aku bertekad tidak hanya memenuhi vaksin wajibnya, tetapi juga sesegera mungkin memberikannya vaksin sunnah, eh maksudnya vaksin tambahan pasca suhu tubuhnya normal. Salah satu vaksin tambahan adalah Vaksin MMR.
Vaksin MMR merupakan vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi campak, gondong (yang dikenal dengan istilah bengkak babi), dan juga rubella. Karena emaknya lalai,,, belum sempat vaksin MMR dituntaskan,,, ehhhh si anak keburu kena campak. Jadi merasa bersalah rasanya. Tapi, sama seperti yang pernah aku bahas di artikel sebelumnya ya mengenai vaksin. Bahwa anak yang sudah divaksin, bukan berarti tidak akan terkena penyakit sama sekali. BIG NO. Vaksin sekadar memberikan efek meredakan atau ketika anak terkena penyakit tertentu, maka vaksin yang telah diberikan bertugas meredakan dan menyembuhkan lebih cepat. Jadi, anak yang telah divaksin akan lebih cepat sembuh dibandingkan anak yang tidak divaksin.
Pertolongan pertama yang aku lakukan adalah mencari kasumba turate. Hehe. Ini andalanku banget ketika ruam-ruam merah mulai menampakkan cahayanya di tubuh Jinan. Dua hari berlalu, rasanya tidak ada perubahan signifikan. Ruam merah di pahanya semakin memerah, malah makin timbul dan membesar. Saat tidur, Jinan gelisah ke sana ke mari, seperti mencari posisi yang nyaman untuk rebahan.  Gejala yang timbul kali ini beda dengan campak lima bulan yang lalu. Tangannya tidak berhenti menggaruk-garuk punggungnya. Ingusnya juga semakin meler. Kelenjar getah beningnya terlihat lebih membengkak. Kali ini tidak biasa. Bikin panik. Apalagi Bundanya tipe manusia dengan cemas yang berlebihan. Daripada terjadi drama berlebihan padaku diriku, akhirnya kuputuskan untuk konsultasi ke dokter pada hari itu juga.
Berhubung hari itu tanggal merah, poli di beberapa rumah sakit tidak praktik, tak terkecuali poli anak. Dokter anak langganan pun jelas tidak praktik hari itu. Qadarullah, setelah menelepon beberapa rumah sakit, kami mendapat rumkit yang poli-nya tetap buka meski tanggal merah, yaitu di RS Siloam. Aku mencoba mendaftar via call center dengan dokter yang available saat itu yaitu dr. Michael. Senangnya lagi, dokternya ramah, ia memeriksa dengan teliti dan lama (pelayanan seperti ini tidak semua dilakukan dokter loh) makanya, aku bersyukur banget. Bertanya apa saja tanpa merasa diburu waktu adalah sebuah kepuasan tersendiri bagiku sebagai pasien.
“Ini campak jerman”, kata dr. Michael setelah melakukan pemeriksaan yang dalam dan lumayan lama (jika dibandingkan dengan dokter-dokter sebelumnya dalam memeriksa).
Sontak dong aku kaget. Rasanya, penyakit-penyakit yang berlabel nama negara adalah sebuah penyakit serius dan langka. ”Apa itu, dok?” bertanya sok kalem padahal panik.
“Biasa disebut rubella” jawab dokter dengan jeda yang lumayan panjang. Ia sudah menerka pertanyaan apa yang akan kembali aku lontarkan.
“Bahaya ya, Dok?”
“Tidak. Ini campak yang biasa dialami oleh bayi seusia Jinan. Normal, kok”. Bedanya, ruam pada campak jerman akan lebih menonjol, begitu pula dengan kelenjar getah beningnya, akan terlihat membengkak. Campak jerman sembuh dengan sendirinya, jadi nggak usah terlalu cemas, Bukkk” penjelasan dokter membuatku agak kalem.
“Ibu nggak sedang hamil ‘kan?” tanya dokter lagi.
Nggak. Kenapa dok?”
“Yang membedakan campak biasa dan campak jerman adalah kerentanan tertularnya terhadap ibu hamil. Jadi, ibu hamil disarankan untuk jaga jarak dengan orang yang sedang terkena campak jerman karena mengakibatkan sindrom rubela kongenital. Sindrom ini terjadi pada sekitar 80% bayi yang lahir dari ibu yang menderita campak. Masalah yang timbul dari sindrom rubella kongenital, yaitu: katarak, tuli, kelainan jantung kongenital, cacat organ, cacat intelektual, pertumbuhan yang tertunda, keguguran dan bayi lahir mati.


PERBEDAAN CAMPAK DAN CAMPAK JERMAN

CAMPAK
CAMPAK JERMAN
PENULARAN
Jauh lebih Menular dan menyebabkan sakit parah
Penularan tidak begitu mudah
MASA INKUBASI
1 – 2 minggu
2 – 3 minggu
GEJALA
10 hari
Maksimal 5 hari




DAMPAK
Pembengkakan kelenjar getah bening tidak begitu tampak
Pembengkakan kelenjar getah bening akan tampak
Ruam pada campak dapat bertahan beberapa saat
ruam campak jerman dapat dengan cepat memudar.
Setelah diresepkan puyer, dr. Michael menyarankan agar Jinan di vaksin MMR saja setelah dia sehat. Awalnya aku berkilah, kenapa nggak di vaksin MR saja? Sesuai penjelasannya, kalau vaksin MR memang salah satu imunisasi yang disarankan pemerintah untuk membantu mencegah penyakit tempek dan juga rubella. Hampir sama dengan vaksin MMR, bedanya, vaksin MMR lebih lengkap lagi, karena dapat melindungi tubuh dari gondongan.
Setelah mengangguk paham. Aku kembali bertanya, “sebenarnya apa penyebab anak terkena campak itu, Dok? Karena aku merasa sudah menjaga pola makan Jinan, sterilkan benda-benda yang ada di sekitarnya, membersihkan kamar hampir setiap saat, dan menghindari Jinan terkena udara luar terlalu lama.
Berdasarkan penjelasan dokter, penyakit campak jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan dari satu orang ke orang lain. Virusnya dapat menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, atau melalui kontak langsung dengan peralatan yang digunakan penderita seperti alat bantu pernapasan bahkan hanya sekadar sentuhan.
Aku kembali memutar ulang waktu. dr. Michael benar. Belakangan ini aku terserang flu. Berkali-kali bersin ketika Jinan lagi nenen meskipun aku sudah mengenakan masker agar ia tak tertular.
 Cara Pencegahan Campak Jerman, Selain dengan vaksin MMR, campak bisa dicegah dengan cara mencuci tangan setelah melakukan aktivitas di luar ruangan, buang air, atau melakukan aktivitas lain. Mengganti baju terlebih dahulu sebelum memeluk atau menggendong anak setelah dari luar rumah, dan hindari daerah-daerah yang rawan akan penyakit campak.


Sumber: