CACATKU DI MASA LALU ADALAH KESEMPURNAANKU DI MASA DEPAN.
Dan SYUKUR, adalah KOENTJI.
Tidak terasa, kalender masehi sudah bertapak ke angka
2020. Sedang angka usia juga semakin melaju pesat tanpa banyak kesadaran. Waktu,
tenaga, prestasi, polemik, capaian-capaian duniawi, lewat seseret saja. Bisanya
hanya flashback, berenang di masa
lalu, sambil ketawa-ketiwi, senyum-senyim, tergelitik, merenung, menitikkan air
mata untuk semua hal yang terlewati. Masuk ke lorong waktu dengan penuh rabaan
dan ingatan klise yang mengabu-abu dalam memori. Ketawa-ketiwi tentang hal
lucu, peristiwa konyol beberapa tahun silam bersama teman sekolah dan geng
kuliah, Waw... itu sepuluh tahun yang lalu. Senyum-senyim mengenang kedekatan Mama
Bapak Adik Kakak yang hampir setiap hari, Oh
No... selengkap itu, tanpa beban hidup yang berarti. Sudahlah, kala itu adalah
belasan tahun lalu. Tergelitik dengan kisah kasih percintaan dari banyak
kasmaran yang pernah dilewati, haha ini tak perlu banyak bahasan. Merenung,
tentang kesalahan-kesalahan besar saat itu, menitikkan air mata, tentang semua
kesedihan dan jerih payah kaki, hati, tangan ini untuk merebut cita-cita dunia
beberapa tahun lalu. Dan pastinya, tentang semua KEBAHAGIAAN yang tak bisa
dieja dan dihitung dari rangkuman hidup hingga detik ini.
Hari ini, mungkin akan menjadi masa lalu. Akan berada di
emperan sejarah, sama seperti yang tadi saya lakukan, mengoyak masa lalu dengan
penuh debaran di hati, TERLALU MENGESANKAN
Memang benar, bahwa jarak terjauh yang tak bisa kita
jangkau adalah MASA LALU. Ada yang bisa menjangkaunya, adalah doraemon, lewat
alat ajaibnya. Jelas ini fiktif. Kamu
juga bisa, paling tidak, kalau kamu bisa menciptakan lorong waktu sama seperti
sinetron di SCTV belasan tahun lalu. Bahkan orang terkaya di dunia sang milyarder
Jeff Bezos asal Amazon, yang duitnya Rp 1.830 TRILIUN pun tidak mampu kembali
ke ruang masa lalunya.
Lalu, apa yang harus dilakukan? Rasanya terlalu banyak rencana
untuk memperbaiki cacat masa lalu, sampai bingung dan kewalahan harus dimulai
dari mana. Apa iya, ada waktu memperbaiki masa lalu? Apa kabarnya masa depan? Yang
mana yang harus dikejar duluan?
Kecacatan masa lalu di sini adalah sebuah tindakan yang
sebenarnya bisa diminimalisasi agar tidak terjadi, bisa dihindarkan, bisa urung
dilakukan, atau diganti dengan perlakuan yang lebih baik, lebih bijaksana, dan
lebih bisa menguntungkan di hari kelak. Ini bisa kena pada persoalan, belajar
di sekolah, di kampus, menentukan pilihan hidup, pasangan, dan karier. Namun,
memikirkan kecacatan yang telah lewat itu, hanya menanggalkan rasa kurang
bersyukur, dan pada akhirnya, yang terucap hanyalah kata SEANDAINYA SAAT ITU,,
SEANDAINYA,, dan SEANDAINYA.
Tapi, menurut saya “kecacatan” itu wajib dievaluasi dan diperbaiki,
tanpa harus mengesampingkan rencana masa depan.
Rasanya sudah terlalu banyak hal yang harus diperbaiki
untuk meningkatkan kualitas diri, baik dalam hal profesionalitas kerja, sosial,
atau yang lebih penting, kualitas diri sebagai Hamba ALLAH. Ini nih yang paling
berat. Ya jelas, tidak ditampik, sengaja atau tidak disengaja, ALLAH seringkali
dinomorduakan L, Astagfirullah. Di
sisa usia yang ada—yang entah sisanya berapa? 20 tahun, 10, tahun, 5 tahun,
atau jangan-jangan sehari, bahkan satu jam ke depan? Bisa menebus kecacatan
itu? Tampaknya kita kekurangan waktu.
Lantas, apa yang perlu dilakukan sekarang?
Hal pertama yang bisa dan wajib dilakukan adalah
BERSYUKUR. Allah telah berjanji dalam
firman-Nya, jika kita bersyukur maka Dia pun akan menambah nikmat pada
kita. Seperti yang tertuang dalam Al-quran surah
Ibrahim ayat 7 yang artinya: "Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat."
Ya, rasa syukur. Mensyukuri atas
segala yang terjadi. Kita manusia. Kecacatan adalah hal lumrah bagi manusia. Memaafkan
diri sendiri adalah satu langkah yang harus ditempuh. Bukankah Allah bisa “memaklumkan”?
kata “memaklumkan” sesuai ayat di atas tentunya dengan S&K yang berlaku ya...
Setelah memaafkan diri sendiri
dan bersyukur, saatnya untuk selalu mengingat nikmat yang Allah berikan. Salah satunya,
ya kehidupan ini, napas ini, jiwa dan raga yang sehat ini, akal yang masih
berfungsi dengan semestinya. Dengan adanya ini semua, kita bisa menyadari, dan
berkontemplasi atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Dan yang paling
penting adalah, MEMPERBAIKI. Memperbaiki Habluminallah dan Hablumminannas.
Semoga kita selalu bersyukur
dan terus belajar memperbaiki diri, intropeksi, dan bercermin. Bersyukur atas
kaki yang bisa berjalan, tangan yang bisa menggaruk yang gatal, hidung yang sempurna,
atap untuk berteduh, anak yang ceriwis, orang tua yang selalu ada, pasangan
yang baik hati, pekerjaan yang layak, sekolah yang bagus, tetangga yang murah
senyum, sahabat yang selalu ada, tukang sampah yang selalu mengangkut sampah
busuk kita, masa lalu sebagai tempat belajar, ah terlalu banyak. Ribuan page
pun kutuliskan, sungguh kemurahhatian ALLAH tidak bisa ditakar.
Jelas, dibalik ‘kecacatan’ masa
lalu yang perlu diperbaiki sebagai intropeksi dan bahan belajar, ada masa depan
yang perlu ditata, dipercantik, dikelola dengan baik, untuk masa depan yang
sesungguhnya, menuju hari ‘persidangan’ kelak.
Semoga, hari ini adalah
menjadi masa lalu terbaik versi kita.