Rabu, 01 Januari 2020

Assalamualaikum 2020




CACATKU DI MASA LALU ADALAH KESEMPURNAANKU DI MASA DEPAN.
Dan SYUKUR, adalah KOENTJI.


Tidak terasa, kalender masehi sudah bertapak ke angka 2020. Sedang angka usia juga semakin melaju pesat tanpa banyak kesadaran. Waktu, tenaga, prestasi, polemik, capaian-capaian duniawi, lewat seseret saja. Bisanya hanya flashback, berenang di masa lalu, sambil ketawa-ketiwi, senyum-senyim, tergelitik, merenung, menitikkan air mata untuk semua hal yang terlewati. Masuk ke lorong waktu dengan penuh rabaan dan ingatan klise yang mengabu-abu dalam memori. Ketawa-ketiwi tentang hal lucu, peristiwa konyol beberapa tahun silam bersama teman sekolah dan geng kuliah, Waw... itu sepuluh tahun yang lalu. Senyum-senyim mengenang kedekatan Mama Bapak Adik Kakak yang hampir setiap hari, Oh No... selengkap itu, tanpa beban hidup yang berarti. Sudahlah, kala itu adalah belasan tahun lalu. Tergelitik dengan kisah kasih percintaan dari banyak kasmaran yang pernah dilewati, haha ini tak perlu banyak bahasan. Merenung, tentang kesalahan-kesalahan besar saat itu, menitikkan air mata, tentang semua kesedihan dan jerih payah kaki, hati, tangan ini untuk merebut cita-cita dunia beberapa tahun lalu. Dan pastinya, tentang semua KEBAHAGIAAN yang tak bisa dieja dan dihitung dari rangkuman hidup hingga detik ini.

Hari ini, mungkin akan menjadi masa lalu. Akan berada di emperan sejarah, sama seperti yang tadi saya lakukan, mengoyak masa lalu dengan penuh debaran di hati, TERLALU MENGESANKAN
Memang benar, bahwa jarak terjauh yang tak bisa kita jangkau adalah MASA LALU. Ada yang bisa menjangkaunya, adalah doraemon, lewat alat ajaibnya. Jelas ini fiktif.  Kamu juga bisa, paling tidak, kalau kamu bisa menciptakan lorong waktu sama seperti sinetron di SCTV belasan tahun lalu. Bahkan orang terkaya di dunia sang milyarder Jeff Bezos asal Amazon, yang duitnya Rp 1.830 TRILIUN pun tidak mampu kembali ke ruang masa lalunya.

Lalu, apa yang harus dilakukan? Rasanya terlalu banyak rencana untuk memperbaiki cacat masa lalu, sampai bingung dan kewalahan harus dimulai dari mana. Apa iya, ada waktu memperbaiki masa lalu? Apa kabarnya masa depan? Yang mana yang harus dikejar duluan?

Kecacatan masa lalu di sini adalah sebuah tindakan yang sebenarnya bisa diminimalisasi agar tidak terjadi, bisa dihindarkan, bisa urung dilakukan, atau diganti dengan perlakuan yang lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih bisa menguntungkan di hari kelak. Ini bisa kena pada persoalan, belajar di sekolah, di kampus, menentukan pilihan hidup, pasangan, dan karier. Namun, memikirkan kecacatan yang telah lewat itu, hanya menanggalkan rasa kurang bersyukur, dan pada akhirnya, yang terucap hanyalah kata SEANDAINYA SAAT ITU,, SEANDAINYA,, dan SEANDAINYA.

Tapi, menurut saya “kecacatan” itu wajib dievaluasi dan diperbaiki, tanpa harus mengesampingkan rencana masa depan.

Rasanya sudah terlalu banyak hal yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas diri, baik dalam hal profesionalitas kerja, sosial, atau yang lebih penting, kualitas diri sebagai Hamba ALLAH. Ini nih yang paling berat. Ya jelas, tidak ditampik, sengaja atau tidak disengaja, ALLAH seringkali dinomorduakan L, Astagfirullah.  Di sisa usia yang ada—yang entah sisanya berapa? 20 tahun, 10, tahun, 5 tahun, atau jangan-jangan sehari, bahkan satu jam ke depan? Bisa menebus kecacatan itu? Tampaknya kita kekurangan waktu.

Lantas, apa yang perlu dilakukan sekarang?

Hal pertama yang bisa dan wajib dilakukan adalah BERSYUKUR. Allah telah berjanji dalam firman-Nya, jika kita bersyukur maka Dia pun akan menambah nikmat pada kita.  Seperti yang tertuang dalam Al-quran surah Ibrahim ayat 7 yang artinya:  "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."

Ya, rasa syukur. Mensyukuri atas segala yang terjadi. Kita manusia. Kecacatan adalah hal lumrah bagi manusia. Memaafkan diri sendiri adalah satu langkah yang harus ditempuh. Bukankah Allah bisa “memaklumkan”? kata “memaklumkan” sesuai ayat di atas tentunya dengan S&K yang berlaku ya...
Setelah memaafkan diri sendiri dan bersyukur, saatnya untuk selalu mengingat nikmat yang Allah berikan. Salah satunya, ya kehidupan ini, napas ini, jiwa dan raga yang sehat ini, akal yang masih berfungsi dengan semestinya. Dengan adanya ini semua, kita bisa menyadari, dan berkontemplasi atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Dan yang paling penting adalah, MEMPERBAIKI. Memperbaiki Habluminallah dan Hablumminannas.
Semoga kita selalu bersyukur dan terus belajar memperbaiki diri, intropeksi, dan bercermin. Bersyukur atas kaki yang bisa berjalan, tangan yang bisa menggaruk yang gatal, hidung yang sempurna, atap untuk berteduh, anak yang ceriwis, orang tua yang selalu ada, pasangan yang baik hati, pekerjaan yang layak, sekolah yang bagus, tetangga yang murah senyum, sahabat yang selalu ada, tukang sampah yang selalu mengangkut sampah busuk kita, masa lalu sebagai tempat belajar, ah terlalu banyak. Ribuan page pun kutuliskan, sungguh kemurahhatian ALLAH tidak bisa ditakar.
Jelas, dibalik ‘kecacatan’ masa lalu yang perlu diperbaiki sebagai intropeksi dan bahan belajar, ada masa depan yang perlu ditata, dipercantik, dikelola dengan baik, untuk masa depan yang sesungguhnya, menuju hari ‘persidangan’ kelak.
Semoga, hari ini adalah menjadi masa lalu terbaik versi kita.