Jumat, 02 Juni 2023

UNSUR PEMBANGUN PUISI

 

   Definisi Puisi

Puisi merupakan salah satu karya sastra, selain prosa dan drama. Sebagai sebuah karya sastra, puisi ditulis seseorang untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya dalam bentuk kata-kata yang indah. Kata-kata dalam puisi cenderung bersifat kiasan dan disampaikan dengan teknik figuratif. Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana-suasana yang mampu menggugah imajinasi, perasaan, dan keindahan bagi pembacanya. Dalam puisi, kata-kata dipilih sedemikian rupa secara selektif agar dapat memunculkan efek tertentu dan menampung makna yang menggambarkan pikiran, gagasan, dan perasaan penyair. Pemilihan kata-kata atau diksi juga harus mempertimbangkan irama, rima, larik, bait, dan tipografi (bentuk) puisi. Oleh karena itulah, unsur bahasa dalam puisi dianggap lebih padat jika dibandingkan dengan karya sastra lainnya. Untuk lebih memahami pilihan kata/diksi, berikut beberapa contoh telaah diksi dalam puisi.

 


 

   Unsur Puisi

1)     Tema

Tema adalah gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Tema menjadi penentu penyair untuk menentukan diksi dalam puisi. Contohnya, puisi dengan tema kasih sayang seorang ibu kepada anaknya akan memiliki diksi yang berbeda dengan puisi bertemakan perjuangan para pahlawan melawan penjajah.

 

2)     Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Melalui puisi yang dibaca, pembaca dapat memperoleh amanat secara tersurat ataupun tersirat.

3)     Diksi, Diksi adalah pilihan kata pada puisi. Fungsi diksi dalam puisi ada dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi ekspresif. Fungsi estetis berarti diksi berguna sebagai unsur yang memperindah puisi. Sedangkan fungsi ekspresif berarti diksi berguna sebagai unsur yang membantu penyair mengungkapkan ekspresi yang dimiliki.

a.     Majas

Majas adalah salah satu bentuk gaya bahasa untuk mendapatkan suasana dalam sebuah kalimat agar semakin hidup. Mudahnya bisa kita pahami bahwa majas itu bisa menjadi ungkapan yang bisa menghidupkan suatu kalimat. Majas melakukan penyimpangan dari makna dari suatu kata yang biasa digunakan.

a)     Majas Personifikasi, Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan antara manusia dengan benda mati, seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia.

Contoh: Deburan ombak memecah karang.

b)    Majas Metafora, Majas metafora ini merupakan majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.

Contoh: Segala cintaku hilang terbang

c)     Majas Hiperbola, Majas hiperbola adalah majas yang menggunakan ungkapan yang berlebihan dan tidak masuk akal.

Contoh: Dentuman yang menggelegar membelah angkasa.

d)    Majas Litotes, majas litotes adalah gaya bahasa yang menyatakan perlawanan dari kenyataan atau realita sosial. Tujuan dari majas litotes yaitu untuk merendahkan diri kepada lawan bicara.

Contoh : Aku hanyalah butiran debu, tidak pantas untuk kau pilih.

e)     Majas Ironi, majas ironi adalah majas Majas sindiran ini digunakan dengan cara menyembunyikan fakta dan mengatakan hal yang sebaliknya.

Contoh: Suaranya sangat merdu sekali seperti kaset kusut.

b.     Citraan/Imaji

Pengimajian atau citraan merupakan kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan efek khayalan atau imajinasi pada diri pembaca. Dengan begitu, seolah-olah pembaca ikut merasakan, mendengar, melihat, meraba, dan mengecap sesuatu yang diungkapkan dalam puisi (Pradopo, 2012: 80). Berikut ini penjelasan macam-macam citraan.

a)     Citraan penglihatan merupakan susunan kata yang mampu memberi rangsangan pada indra penglihatan. Karena itu, hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.

Contoh: Subuh hari kulihat bunga-bunga hujan dan daun-daun hujan, berguguran di kebun hujan, bertaburan jadi sampah hujan.

b)    Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga). Citraan ini dapat dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara.

Contoh: aku mendengar suara ricik air sungai yang ngalir, di antara batu-batu dan batang pohonan, yang rubuh ke ciwulan.

c)     Citraan penciuman atau disebut juga citraan olfactory ialah susunan kata yang menimbulkan efek seakan-akan pembaca ikut mencium bau sesuatu.

Contoh: diksi bau mesiu, bau mayat, dan bau kotoran dalam puisi menimbulkan khayalan indra penciuman pada pembaca.

d)    Citraan perabaan terkait dengan indra perabaan (kulit). Gambaran rasa pada indra peraba yang muncul dalam imajinasi pembaca dapat tergolong sebagai citraan perabaan. Hal ini mencakup berbagai rasa seperti perih, lembut, kasar, panas, dingin, dan sebagainya.

Contoh: mengusap Pundak, angin terasa dingin, cahaya bulan menyentuh miring.

e)     Citraan gerak atau kinestetik dalam puisi membuat pembaca seakan ikut merasakan atau mengikuti gerakan tertentu.

Contoh: dalam puisi “Diponegoro” karya Chairil Anwar sosok pahlawan digambarkan bergerak melalui efek imajinasi pembaca dengan susunan kata-katanya, seperti /hidup kembali/di depan sekali tuan menanti/tak gentar/maju/serbu/serang/terjang/.

f)      Citraan pengecapan berhubungan dengan indra pengecap rasa pada lidah. Efek yang ditimbulkan citraan pengecapan, yaitu seakan-akan pembaca bisa mengecap rasa yang disampaikan dalam puisi. Citraan ini diungkapkan melalui kata-kata, seperti manis, pahit, asam, pedas, kecut, asin, dan sejenisnya.

c.     Kata Konkret

Secara umum, kata konkret adalah kata yang rujukannya lebih mudah ditangkap oleh indra. Konkret dapat berarti nyata, berwujud, atau benar- benar ada. Berikut contoh analisis kata konkret dalam puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono.

Terdapat beberapa kata pada puisi di atas yang dapat digolongkan sebagai kata konkret, di antaranya hujan, jalan, dan pohon bunga. Kata hujan dapat mengonkretkan maksud penulis untuk manusia yang selalu jatuh atau menangis. Hal ini dibuktikan dengan larik selanjutnya yang menyebutkan bahwa sosok hujan sangat tabah. Ia menyembunyikan perasaan rindunya pada pohon yang berbunga. Kata jalan juga dapat tergolong sebagai kata konkret karena dapat diartikan sebagai kehidupan atau kisah hidup. Hal ini tampak pada larik selanjutnya, yaitu /dihapuskan jejak-jejak kakinya/ yang ragu-ragu di jalan itu/. Ungkapan ini dapat bermakna seseorang yang melupakan kisah masa lalunya. Adapun kata pohon bunga dapat mengonkretkan wujud atau sosok seseorang atau sesuatu yang dirindukan atau dinginkan. Kata bunga juga dapat dimaknai sebagai seseorang yang cantik atau perempuan yang diharapkan.

4)     Rima, Rima puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak atau pada akhir larik sajak yang berdekatan atau secara singkat. Rima itu sendiri dapat dikatakan sebagai pengulangan bunyi yang ada dalam kata maupun suku kata yang ada dalam puisi.

Biasanya, rima puisi akan terletak pada bagian akhir baris puisi. Dengan adanya rima puisi, maka puisi pun akan menjadi lebih indah dan memiliki efek intelektual maupun efek magis.

Bunyi yang berima dalam puisi, dapat ditampilkan dengan nada tinggi, tekanan maupun perpanjangan suara. Puisi yang memiliki gaya rima yang cukup kental, biasanya merupakan puisi-puisi Melayu serta beberapa puisi yang termasuk dalam karya sastra lama. Artinya, ada beberapa bunyi yang sama pada setiap pengulangan bunyi yang berselang.

 

5)     Tipografi

Tipografi merupakan teknik penulisan dalam puisi. Tipografi merupakan pembeda yang paling awal yang dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi ataupun drama. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitas yang disebut bait. Tipografi merupakan aspek bentuk visual yang berupa tata hubungan, susunan baris dan ukiran bentuk yang dipergunakan untuk mendapatkan kesan menarik agar indah dipandang. Tujuan tipografi dalam puisi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung pengedepanan makna rasa dan suasana puisi.

Fungsi utama dari tipografi adalah membuat teks berguna dan mudah digunakan. Tipografi berbicara tentang kemudahan dalam membaca teks (readibility) dan kemudahan dalam mengenali setiap huruf dan kata (legibility). Tipografi menghidupkan teks dalam sebuah tulisan, membuat lebih menarik sehingga pembaca penasaran dan ingin membaca keseluruhan teks.

a.      Tipografi konvensional

Contoh:

HATIKU ANGIN

Karya: Evi Idawati

 

hatiku angin

mengembara

mengalir

terhirup nafasmu

hatiku angin

menyebar

kosong tak terlihat

mencemari nadi

meracun darah

hingga kaku

bagai patung diriku

 

b.     Tipografi Seperti Prosa

Contoh:

SAUDARA KEMBARKU

Karya: Subagio Sastowardoyo

Kalau ada daham-daham terdengar di malam hari, aku tahu itu saudara kembarku. Ia menanti aku di pekarangan, karena aku melarang ia masuk.

Pernah ia begitu rindu kepadaku dan tiba-tiba hadir di tengah keluargaku dengan tamu-tamu yang sedang berpesta merayakan hari lahirku. Mereka semua ketakutan melihat ia duduk di dalam, karena muka saudara kembarku sangat buruk. Aku malu dan minta ia menunggu di luar kalau mau bertemu dengan aku.

 

c.      Tipografi pada Baris Puisi

1.     Menggunakan huruf kecil semua tanpa tanda baca

2.     Menggunakan Huruf Besar pada Awal Kalimat Tanpa Tanda Baca

3.     Menggunakan Huruf Besar-Kecil dan Tanda Baca Lengkap

Tipografi difokuskan pada konteks puisi, tipografi pada puisi, yang disebut juga sebagai ukiran bentuk, ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Termasuk ke dalam tipografi ialah penggunaan huruf-huruf untuk menuliskan kata-kata suatu puisi. Tipografi diartikan sebagai perlambangan rasa, makna, dan nuansa tertentu dalam puisi yang divisualisasikan dalam tata bentuk baris dan bait puisi untuk memperjelas satuan makna tertentu yang ingin diungkapkan penyair.

Sumber referensi:

1.     Buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/SMK Kelas X.  2021. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Teknologi Republik Indonesia

2.     http://sabrianti.blogspot.com

3.     https://ruangsekolah.net/tipografi-pengertian-jenis-fungsi-macam-438

4.     https://www.gramedia.com/literasi/rima-puisi/