Bulan Ramadhan merupakan bulan yang begitu ditunggu-tunggu kehadirannya oleh umat muslim. Kekusyukan Ramadhan begitu dinanti, religiusitas kental terasa. Bulan yang dianggap hangusnya dosa-dosa sebab amal saleh yang dilakukan.
Berbahagialah kita yang
berkesempatan menghirup aroma bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini. Bulan
yang diagung-agungkan dan begitu teristimewa bagi mereka yang serius
mengamalkannya. Belum lagi, pada satu malamnya, malam yang keutamaannya
melebihi seribu bulan, yakni malam Lailatul Qadar. Bukan hanya itu,
keistimewaan bulan suci Ramadhan dengan bulan-bulan yang lainnya pun tampak
begitu signifikan. Bulan Ramadhan merupakan waktu terbaik untuk berdoa, sebab
banyak waktu yang mustajab seiring dengan dilakukannya secara ikhlas dengan
adab-adab yang baik. Pahala dilipatgandakan, pintu kebaikan dibukakan,
pengampunan dosa terbuka selebar-lebarnya bagi yang bersungguh-sungguh
bertaubat, dan tentunya bulan Ramadhan adalah bulan yang baik untuk bersedekah,
sebab dengan bersedekah di bulan Ramadhan, kita bisa merasakan bahwa tidak
semua orang dapat merasakan kenikmatan yang kita miliki. Masya Allah, Ramadhan, kau begitu spesial untuk diabaikan
dan dibiarkan pergi begitu saja...
Namun, bulan Ramadhan kali ini memiliki napas yang berbeda. Tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Suara imam masjid dan lantunan salawat menjelang terawih tidak mendengung dengan syahdunya. Jalan setapak hingga jalan raya tidak lagi ramai disisir oleh hamba-hamba Allah yang bergegas ke masjid. Ibu-ibu majelis taklim nganggur untuk menyediakan buka puasa di masjid sebelah rumah. Tidak ada reuni yang terbungkus dengan istilah buka puasa bareng. Nihil yang ngabuburit atau sekadar menghabiskan waktu menjelang azan magrib berkumandang. Tak ada salim silahturrahim dengan kerabat dan rekan kantor sebelum libur awal puasa tiba. Tak ada mudik atau pulang kampung bagi ia sang perantau. Dan ada rindu yang berkelebat bagi ia yang sedang menunggu kehadiran sanak saudara, istri, anak yang terpaksa memilih tetap berada di tanah rantau.
Ramadhan kali ini adalah
Ramadhan yang tak biasa. Kita tidak hanya diuji dengan menahan hawa nafsu,
bukan sekadar makan dan minum, tapi pengendalian diri menjadi poin utama di
saat seperti ini. Satu virus yang keberadaannya entah ada di mana saja menjadi
ujian kita. Kesabaran dan keikhlasan menjadi dua hal penting yang perlu kita
tanamkan dalam diri. Semua bersedih, marah, hingga emosi yang naik turun. Ada
rindu yang buncah, tidak sedikit tangis yang menggelegar hanya sampai di rongga
dada, sebab sekadar ingin kumpul bersama keluarga tecinta. Semua dilakukan demi
menghentikan arus penyebaran virus Covid-19 ini. Mematuhi aturan pemerintah dan
menerimanya dengan hati legowo meskipun teramat nyelekit.
Ramadhan dan Corona adalah
sebuah berpaduan yang disatukan Allah dengan maksud dan tujuan. Sama seperti
jodoh, Allah akan mempersatukan dua orang yang saling mencintai jika ia
berkehendak dan ia akan membuatnya terpisah jika Ia pula yang berkehendak.
Begitu pula Bulan Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 ini. Allah memadukan
keduanya untuk saling bertemu, agar manusia bisa lebih mengevaluasi diri dalam
hal ibadah. Mungkin pada Ramadhan sebelumnya, kita digerayangi oleh banyaknya
tugas kantor hingga akhirnya ibadah-badah sunnah yang bisa kita lakukan selama
Ramadhan menjadi terpinggirkan. Kita akhirnya lebih banyak mengkhatamkan
Alquran di rumah hingga tersempatkan membaca terjemahannya jua. Kita akhirnya
paham, bahwa sanak saudara, istri, suami, orang tua di sisi kita begitu
bermakna kehadirannya apalagi momen di saat bangun sahur dan berbuka puasa.
Di sini saatnya, kita memahami
makna kesehatan dan makna keimanan. Di tengah kondisi pandemi ini, imun tubuh
perlu kita jaga dengan memakan makanan bergizi, menerapkan pola hidup sehat dan
bersih, kalau perlu mengonsumsi suplemen penambah daya tahan tubuh. Dan untuk
bulan Ramadhan yang spesial ini, kita jadikan sebagai iman booster untuk jiwa raga kita. Lebih memaknai waktu untuk bersyukur
pada Allah, memperbanyak ibadah dan tafakkur atas segala yang terjadi,
mengerjakan ibadah-ibadah sunnah, mentadabburi ayat suci Alquran dan
mengamalkannya, kesabaran ekstra, hati yang lapang, serta meningkatkan
frekuensi iman kita agar berkesinambungan dari bulan ke bulan.
Semoga masa pandemi ini segera
berakhir, tak ada lagi PSBB, tak ada
lagi yang sakit, tak ada lagi yang merenggut nyawa akibat virus ini. Semoga
Ramadhan segera bercerai dengan Covid-19.
Covid-19 segera berlalu dan
membekas dalam sejarah, dan Ramadhan tahun ini sebagai bulan iman
booster kita. Amin-amin Ya Rabbalalamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar